Senin, 19 Oktober 2015

Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet (Rigidoporus lignosus)

Gejala Serangan
Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas.
Gejala serangan yang tampak adalah daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadiberwarna hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugur kemudian diikuti kematian tanaman.
Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat.

Deteksi Dini Penyakit

Pemberian mulsa/rumput kering pada leher akar, 2-3 minggu kemudian mulsa diangkat, bila terserang jamur akar putih JAP akan tampak benang warna putih menempel pada leher akar.
Dilakukan pada awal dan akhir musim hujan.

Pengendalian
Pengendalian JAP lebih diarahkan kepada pencegahan pertambahan tanaman terserang.
Cara pencegahan JAP :
Menanam tanaman penutup tanah jenis kacangkancangan, minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet.
Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang).

Pengendalian pada areal yang sudah terserang JAP:

  1. Pada serangan ringan masih dapat diselamat-kan dengan cara membuka perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur.
  2. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter dan Izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan.
  3. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.
  4. Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. Harzianum dan pupuk.
  5. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali.
  6. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan sampai tanaman sehat.
  7. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun.
  8. Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr per lubang atau tanaman.
Pencegahan
Pada lahan yang sudah terinfeksi dengan JAP, dan akan ditanami karet dibersihkan dari tunggul-tunggul karet. Lubang penanaman diberi belerang100 – 200 gram per lobang.
Disekitar tanaman muda yang berumur kurang dari 2 tahun ditanami tanaman antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas.

Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) pada Tanaman Karet (Havea brasiliensis)

Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) pada Tanaman Karet (Havea brasiliensis)
Foto by Ali

Oleh : Euis Widanengsih, SP.

Karet (Havea brasiliensis)merupakan salah satu komoditas perkebunan. Devisa negara yang dihasilkan dari komoditas karet cukup besar. Menurut Direktorat Jenderal Industri Agro (2013), produksi karet alam Indonesia pada 2011 merupakan terbesar ke dua di dunia yakni mencapai 2.982.000 ton. Kontribusinya terhadap produksi karet dunia mencapai 27,06%. Indonesia memiliki luas area karet mencapai 3.445.000 hektar dengan 85% merupakan perkebunan karet rakyat. Namun produktivitas Indonesia masih lemah yakni hanya 986 kg per hektar per tahun.

            Kerusakan dan kematian tanaman merupakan masalah penting pada perkebunan karet. Adanya serangan penyakit tanaman menjadi salah satu penyebab kerusakan dan kematian tanaman. Penyakit tanaman adalah gangguan fungsi sel dan jaringan tanaman yang dihasilkan dari infeksi terus menerus oleh patogen atau faktor lingkungan dan menghasilkan perkembangan gejala (Agrios, 2005). Penyebab penyakit yang sering dijumpai pada tanaman karet adalah jamur.

            Jamur akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus termasuk salah satu penyakit penting pada tanaman karet. Daerah yang sering mengalami serangan berat jamur akar putih di Indonesia adalah Riau, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat. Penyakit jamur akar putih menimbulkan kematian pada tanaman karet, sehingga serangan penyakit ini akan berpengaruh negatif pada produksi kebun (Yulfahri, dkk., 2012).

            Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas (Disbun Kuansing, 2010). Menurut Setyamidjaja (1993) serangan jamur akar putih biasanya mulai tampak pada pertanaman menjelang umur dua tahun sejak penanaman, dan sering berjangkit sampai umur 4-5 tahun. Semakin tua tanaman umumnya semakin tahan terhadap penyakit ini.

Gejala serangan jamur akar putih berupa:

1. Tingkat permulaan
  • Daun-daun menjadi kusam (tidak mengkilat) dan agak menggulung ke atas. Tanda-tanda khas ini bisa tampak jelas bila pengamatan kita membelakangi sinar matahari.
  • Pada tingkat permulaan ini, akar-akar lateral dan sebagian akar tunggang serta leher akar masih terserang ringan. Pada perlukaan akar baru terdapat benang-benang jamur (rhizomorfa) berwarna putih kekuning-kuningan.
  • Benang-benang jamur akar putih mudah dibedakan dengan jamur akar merah. Benang-benang jamur akar putih dalam keadaan basah maupun kering tetap berwarna putih, sedangkan benang-benang jamur akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dalam keadaan basah berubah warna menjadi merah.
2. Tingkat kritis
  • Daun-daun layu dan mulai menguning.
  • Benang-benang jamur telah mulai menembus kulit akar yang mengakibatkan pembusukan-pembusukan setempat pada kulit akar.
  • Kadang-kadang pohon masih bisa ditolong dengan usaha-usaha pemberantasan atau pengobatan yang intensif.
3. Tingkat lanjut
  • Daun-daun mengering dan tetap menggantung pada pohon. Demikian pula ranting-ranting dan cabang-cabang mulai mengering. Daun-daun kemudian berguguran dan tanman pada akhirnya mati.
  • Pada pohon karet yang terserang perakarannya sudah busuk dan mati. Pohon yang demikian harus dibongkar untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Jamur akar putih menular melalui kontak langsung antara akar atau tunggul yang sakit dengan akar tanaman sehat. Spora dapat juga disebarkan oleh angin. Spora yang jatuh di tunggul dan sisa kayu akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman bekas hutan atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya yang tertinggal di dalam tanah yang menjadi sumber penyakit (Yulfahri dkk., 2012)

Berdasarkan Disbun Kuansing (2010) beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian jamur akar putih diantaranya yaitu:
  1. Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan, minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet.
  2. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang).
Sementara itu untuk pengendalian pada areal yang sudah terserang jamur akar putih dapat dilakukan dengan cara:
  1. Pada serangan ringan masih dapat diselamatkkan dengan cara membuka perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur.
  2. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan.
  3. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.
  4. Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. Harzianum dan pupuk.
  5. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali.
  6. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan sampai tanaman sehat.
  7. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun.
  8. Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr per lubang atau tanaman.
Tindakan pencegahan penyakit jamur akar putih yaitu pada lahan yang sudah terinfeksi dengan jamur akar putih, dan akan ditanami karet dibersihkan dari tunggul-tunggul karet. Lubang penanaman diberi belerang100 – 200 gram per lobang. Di sekitar tanaman muda yang berumur kurang dari 2 tahun ditanami tanaman antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas.

Diagnosa penyakit yang tepat dan cepat akan sangat menentukan keberhasilan penanggulangan penyakit. Sampai saat ini, cara-cara penanggulangan penyakit karet yang dianjurkan dapat berupa kombinasi dari aspek kultur teknis, manipulasi lingkungan, dan atau penggunaan pestisida, atau masing-masing aspek tersebut. Khusus dalam penggunaan pestisida, perlu diperhatikan akan dampak negatifnya terhadap manusia, lingkungan, tanaman, dan organisme pengganggunya itu sendiri.


Sumber: http://skpkarimun.or.id

Siapa Yang Menang: Jamur Akar Putih VS Trichoderma Sp

Siapa Yang Menang: Jamur Akar Putih VS Trichoderma Sp
Aplikasi Trichoderma Sp

Jeruk kok makan jeruk....kalimat ini sering sekali kita dengar, tapi.... apa  pernah dengar juga kalau jamur bisa makan jamur. Bukan makan secara harfiah lho, tapi mereka berkompetisi. Jadi bagaimana  persaingan kedua jamur ini terjadi di pertanaman karet ?

Jamur Akar Putih (JAP) Rigidoporus lignosus  merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet. Sesuai namanya jamur ini memiliki ciri khas yaitu jaringan benang-benang (mycelium) berwarna putih. Miselia jamur mampu melakukan penetrasi langsung ke dalam jaringan akar. Setiap tanaman karet yang terserang oleh JAP akan mati jika tidak segera ditanggulangi.     

Tanaman yang mati karena JAP akan menjadi sumber inokulum bagi tanaman di sekitarnya. Kehilangan produksi akibat serangan JAP pada pertanaman karet setiap tahunnya mencapai 5-15% (Judawi dkk, 2006).

Salah satu pengedalian JAP adalah penggunaan agens hayati Trichoderma Spp yang memiliki keuntungan antara lain mudah diaplikasikan, murah, efektif dan aman serta ramah  lingkungan. Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang memiliki kemampuan untuk menekan perkembangan atau penyebaran penyakit JAP.

Mekanisme kerja Trichoderma spp. (salah satunya adalah  T. koningii) adalah menekan perkembangan JAP dengan cara pembentukan antibiotik dan mikroparasitisme, kompetisi dan kolonisasi rizomorfa. Mekanisme penghancuran JAP terjadi melalui proses lisis miselium dan rizomorfa. Lisis merupakan proses enzimatik oleh enzim selulose yang dihasilkan oleh T. koningii.

Penekanan pertumbuhan JAP oleh jamur T. koningii sudah bisa dilihat sejak hari ke 3 (di Laboratorium), dari hari ke hari pertumbuhan JAP semakin terdesak dengan cepatnya pertumbuhan jamur T. koningii dan kolonisasi rizomorfa yang melilit JAP ditambah dengan keluarnya enzim selulose sehingga lama kelamaan JAP akan mati.

Untuk mengetahui keberhasilan tindakan pengendalian dilakukan evaluasi yang dilakukan satu minggu dan setiap bulan setelah aplikasi. Evaluasi minggu pertama untuk mengetahui pertumbuhan T. koningii di sekitar tanaman sakit dan evaluasi pada bulan ke 3 bertujuan untuk melihat kesembuhan tanaman, yang ditandai dengan:

  1. Hilangnya rizomorfa JAP yang menempel pada kulit akar; 
  2. Pulihnya luka pada akar; dan
  3. Munculnya akar halus  di sekitar leher akar atau di ujung akar yang semula membusuk.
Cara perbanyakan Trichoderma spp.

Media perbanyakan: serbuk gergaji/serasah daun-daun yang mulai melapuk dicincang dan dibasahi dengan air, kemudian dicampur dengan beras/jagung/bekatul dengan perbandingan 6:1, kemudian dikukus  dalam dandang selama 2 jam lalu didinginkan dengan cara dihamparkan pada lembaran plastik.

Dibuat larutan/suspensi bibit (starter) Trichoderma spp. dengan cara mengencerkan biakan murni dengan aquades atau air steril. Suspensi diinokulasikan dengan cara memercikkan suspensi ke media perbanyakan yang telah didinginkan. 

Sebagai perkiraan kebutuhan bibit Trichodermaspp. sebagai berikut :
  • campuran beras/jagung + serbuk gergaji : 7,5 gr/150 ml air untuk 4 kg media perbanyakan 
  • campuran beras/jagung + serasah/alang-alang : 25 gr/150 ml air untuk 6 kg media perbanyakan.
Media diaduk dengan hati-hati agar bibit merata kemudian ditutup dengan lembaran plastik transparan. Setelah satu hari media diaduk kembali secara merata. Dalam 3-4 hari biasanya media telah ditumbuhi jamur Trichoderma spp.

Media yang telah diinokulasi kemudian diratakan dengan ketebalan ± 2 cm lalu dibiarkan sampai kering selama 7-10 hari.

Media dikemas dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan kondisi. Bibit Trichoderma spp. siap di gunakan untuk pengendalian JAP.

Aplikasi Trichoderma spp.
Sebagai tindakan preventif pengunaan Trichoderma koningiidigunakan dengan dosis:  tanaman belum menghasilkan ± 100 gr/pohon atau 25 gr per polibag atau 50 gr per lubang tanam pada saat penanaman.

Untuk tindakan pengobatan (kuratif) di lapangan dilakukan dengan cara:

Dibuat alur di sekeliling tanaman dengan kedalaman ±  5 cm dengan jarak 50-70 cm dari leher akar. Biakan T. koningii ditaburkan dengan dosis :

  • untuk bibit tanaman karet di polibag ± 50 gr/pohon 
  • untuk tanaman muda ± 100 gr/pohon
  • untuk tanaman dewasa ± 150-200 gr/pohon
lubang alur ditutup kembali dan akan lebih baik apabila ditambahkan serasah dan aplikasi dilakukan pada kondisi kelembaban yang cukup yaitu pada awal atau akhir musim penghujan.

apabila kondisi lahan di pertanaman basa perlu ditambahkan serbuk belerang, penaburan belerang bertujuan untuk membuat kondisi tanah menjadi asam sehingga cocok untuk pertumbuhan jamur T. koningii. 



Sumber: http://ditjenbun.pertanian.go.id

Sabtu, 07 Februari 2015

Cara Mengatasi Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet

Cara Mengatasi Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet
Penyakit Jamur Akar Putih merupakan jenis penyakit yang cukup berbahaya dan sangat merugikan para petani karet. Banyak cara yang telah dilakukan oleh para petani dan pemilik kebun karet, namun hasilnya belum memuaskan. Para petani biasanya menggunakan belerang dengan cara memasukkan belerang ke dalam lubang tanam untuk mencegah jamur akar putih (JAP) pada saat hendak menanam karet. Namun setelah tanaman karetnya hidup dan tumbuh subur, jamur akar putih (JAP) tetap juga menyerang tanaman karet mereka dan membuat banyak tanaman karet mereka yang mati.

Selain menggunakan belerang, para petani juga menggunakan fungisida kimia seperti Calixin 750, Calixil CP3, Formac 2 yang harganya relatif mahal. Namun dengan cara tersebut juga belum mampu menuntaskan dan mengatasi penyakit jamur akar putih (JAP). Bahkan ada petani yang membongkar tanaman karet yang terkena penyakit jamur akar putih (JAP) dengan cara digali diambil akarnya lalu dibakar. Lalu bekas lubangnya disiram dengan belerang. Tetapi jamur akar putih (JAP) masih ada dan selalu menimbulkan kerusakan/kematian pada tanaman karet. Tanaman karet selalu ada yang mati dan menular ke tanaman di sekitarnya, lalu datanglah hama tanaman baru yang disebut hama sekunder yang bernama rayap (bahasa petani karet anai-anai). Petani karet beranggapan bahwa tanaman karet yang mati itu diserang oleh rayap. Jadi para petani karet pada umumnya bertanya kepada petugas penyuluh obat untuk mengatasi rayap.

Di lapangan, petugas penyuluh lapangan menjelaskan kepada petani karet bahwa yang menyerang tanaman merekapada awalnya adalah jamur akar putih (JAP), sedangkan rayap itu datang dan menyerang tanaman karet setelah tanaman karet tersebut sudah mati atau hampir mati. Jadi rayap sebagai hama sekunder, dan yang penyebab sebenarnya tanaman karet mati adalah jamur akar putih (JAP).

Berdasarkan pengalaman bapak Suwarno yang sebelum pensiun merupakan koordinator pengamat hama dan penyakit tanaman kabupaten Bungo, provinsi Jambi, beberapa lokasi/kebun karet yang terserang jamur akar putih (JAP) dapat diatasi/dihambat perkembangannya dengan menggunakan agen hayati Natural GLIO.


Cara penggunaan Natural GLIO dalam mengatasi jamur akar putih pada tanaman karet ini memang tidak mengikuti petunjuk pada label, namun berdasarkan hasil percobaan di lapangan.
Dari percobaan ini hasilnya cukup efektif, Natural GLIO mampu mengatasi/mengendalikan jamur akar putih (JAP).


Berdasarkan pengalaman di lapangan, penggunaan Natural GLIO untuk mengatasi jamur akar putih (JAP) pada tanaman karet sebagai berikut :

  1. Siapkan 1 kotak Natural GLIO (100 gram), 3 sendok makan gula pasir dan 10 liter air dalam ember (jangan menggunakan air PAM dan jangan air panas).
  2. Tuangkan Natural GLIO dan gula ke dalam ember yang berisi air 10 liter tersebut, aduklah dengan tangan sampai larut dan tercampur merata.
  3. Siramkan ke pangkal batang karet yang terkena penyakit jamur akar putih (baik yang sudah mati maupun yang masih hidup).
  4. Tiap batang karet disirami 1 liter campuran Natural GLIO, disiram melingkari pangkal batang pada tanaman karet yang sudah disadap.
  5. Untuk tanaman yang masih kecil umur 1-5 tahun, dapat disiram 0,25 liter s/d 0,75 liter untuk 1 batang. Aplikasinya harus dilakukan pada sore hari sekitar jam 16.00 s/d jam 18.00 agar cairan Natural GLIO tidak terkena sinar matahari.
  6. Setelah 2 bulan diberi Natural GLIO, tanaman karet yang terserang ringan dan sedang dapat bertunas lagi dan tidak jadi mati.
Pada tanaman yang terserang berat, tidak dapat lagi diatasi dengan Natural GLIO, namun harus tetap diberi Natural GLIO agar sumber penyakitnya tidak pindah dan menular ke tanaman karet yang lain.

Keterangan tambahan :

  1. Jangan dicampur dengan pestisida dan pupuk kimia.
  2. Jangan menggunakan air yang mengandung kaporit (air PAM).
  3. Jangan menggunakan air panas.
  4. Saat aplikasi sebaiknya sore hari sekitar jam 16.00 s/d 18.00 WIB.
  5. Pada daerah kronis/endemis JAP, penggunaannya diulang setelah 2 bulan.
  6. Sebelum dan sesudah aplikasi Natural GLIO jangan menggunakan pestisida terlebih dahulu.
  7. Jangan menggunakan Natural GLIO yang sudah kadaluwarsa. 
  8. Sebelum digunakan, Natural GLIO disimpan di tempat yang teduh.
Terimakasih telah membaca Cara Mengatasi Jamur Akar Putih Pada Tanaman Karet.

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.